Dua hari ketika kamu tak di sini, diam-diam aku menyimpan air mata yang tak kauketahui. Dengan alasan kausedang sibuk dengan sekolah mu, aku menerima kekalahanku yang pasti tidak akan terlihat penting di matamu. Seperti biasa, aku berlanjut menunggumu, hingga aku lupa rasanya bosan. Karena semua luka dan perih seketika terhapus ketika kausapa aku dengan secuil "hai" dan sejumput "kangen". Tak lupa kauselipkan sedikit kecupan dalam tulisanmu untuk membiarkanku membayangkan bagaimana rasanya dicium saat sedang dilanda rindu, walaupun kecupan itu hanya berupa tulisan. Itulah hari-hari yang kita jalani selama ini. Hubungan yang sebenarnya tak sehat tapi masih tetap kuperjuangkan. Detik-detik yang kita lewati tanpa kepastian, seakan kautak tahu perempuan ini mengharapkanmu memberi sedikit ruang untuk bernapas agar aku tak kesesakan dalam hubungan serba tak pasti ini.
Dua hari selama kamu pergi, aku menyimpan rindu yang tak kaupahami. Entah mengapa, kaubegitu mudah mengabaikanku, sementara aku sangat sulit untuk tidak peduli padamu. Tetap kukirimkan kabar meskipun kutahu tak semua kabar itu akan berujung balas darimu. Tetap kuluapkan kalimat penyemangat, lewat video dengan suara yang kubuat semerdu mungkin, agar kautak mendengar sesenggukan tangisku dan tetap bisa melewati harimu tanpa memikirkan kesedihanku selama ini.
Dua hari ini kamu adalah sosok yang membuatku seringkali mengigil dan ketakutan. Aku menemukan fotomu dengan mantan kekasihmu, yang begitu mesra dan membuatku semakin iri. Mengapa aku tidak bisa memamerkanmu sedahsyat itu di dunia nyata? Apa aku dilarang untuk bangga karena dekat dengan seorang pria tampan, bermarga Situmorang? Apa kauyang memang belum siap memamerkan perempuan Jawa yang pendiam ini pada lingkup sosialisasimu? Apa karena aku bukan wanita Batak makanya aku tidak berhak atas semua hak yang begitu istimewa? Atau karena kita tak punya status apa-apa maka aku dilarang untuk memelukmu di depan umum, merangkulmu di semua tempat, dan tak berhak berbangga hati karena dekat denganmu. Aku ini.... tolol akut. Bisa-bisanya aku rela disembunyikan dalam status yang demikian rumit, yang bahkan tak membuatku kunjung memahami semua. Aku sadar, aku hanya kaujadikan tempat sampah, namun mengapa untuk berhenti selangkah saja, rasanya aku selalu takut tidak akan lagi menemukan pria yang seperti kamu?
Dua hari ini, pengabaianmu juara nomor satu. Dan kamu berhasil membuatku takut, membuatku gelisah, membuatku aku bertanya-tanya. Sebenarnya kauanggap aku ini siapa? Jika memang kau menjalani ini bukan karena cinta, lalu apa maksud dari semua kedekatan kita yang terjalin beberapa bulan ini?