Jumat, 17 Juni 2016

Segalanya atas izin allah

pernah tidak kita terpikir bawha segala pilihan yang kita buat, sebenarnya telah ditentukan oleh Allah?

Tidak pernah?

hmm pantas saja karena itu kamu jadi susah redha. Eh! 😀

Okay, terkadang kita pikir, kenapa buat pilihan begitu begini. Terkadang kita berharap waktu berputar kembali supaya kita bisa buat pilihan yang lain. Yang lebih baik.

Sebenarnya kita salah . Kalau semua hal bisa diputar balik ke belakang, tidak adalah yang dipanggil "hikmah" kan?

Kita buat pilihan, tapi pilihan itu tidak membahagiakan kita.

Kenapa?
Apakah kita salah pilih?

Tidak, karena ia sudah ditakdirkan.

Tunggu! Ini bukan maksudnya kita mestu salahkan takdir. Pilihan yang kita buat itu sebenarnya atas izin Allah. "Kun Faya Kun." Ingat! Semua ini berlaku atas izin-Nya. Ada sebab kenapa terkadang Allah jadikan pilihan kita salah, sebab Allah ingin kita belajar sesuatu dari situ. "hikmah". - Rika Fathir.

Contohlah, kita suka pada seseorang dan seseorang itu khianati kita. Kita berpikir, "seandainya waktu bisa diputar balik, sudah tentu kita tidak pilih dia." Tapi kita salah. Allah berikan kita rasa cinta dan kecewa, sebab Allah ingin ajarkan kita , ada cinta yang tidak perlu dipilih, jika belum tiba waktunya.

Allah itu Maha Mengetahui. Dia tahu setiap nafas, setiap upaya, setiap rasa kita, hambaNya. Bukan Dia sengaja membiarkan kita kecewa, sedih. Tidak sama sekali.

Sini, saya beritahu.

Cara Allah bekerja lain. Dia bekerja dengan penuh rahasia. Dia berikan kita kesedihan, supaya kita belajar sesuatu tentang pilihan. Jika pilihan yang kita buat sekarang menyedihkan, move on. Di hadapan kita ada pilihan lain yang lebih baik, insyaAllah.

Tak ada gunanya kita bersedih tentang pilihan yang salah setiap hari. Sedangkan Allah berikan nafas supaya kita teruskan hidup serta menghadapi hari-hari yang mendatang.

Dan apapun pilihan yang kita buat, dan pada akhirnya kita gembira atau kecewa, kita belum mati. Masih ada waktu untuk buat sesuatu. Kecewa, bahagia, senyum, menangis, gembira, there’s so much to live in this life and it’s all worth it.

So, live your life, smile and always pray to Allah.

Perpisahan

Perpisahan, bukan pengakhiran bagi segalanya.
Perpisahan, bisa jadi permulaan bagi segalanya.

Karena apa?

Karena,

Perkataan "PERGI" itu akan menjadi satu alasan seseorang untuk kembali. Jika bukan kamu yang kembali, aku yang kembali. Kembali menjalani semuanya sendiri. Kembali menjalani semuanya tanpa ditemani kamu di sisi dan kembali untuk jatuh cinta lagi.

Perpisahan ini adalah sebuah rencana, perpisahan ini jugalah tujuannya. Jangan menyesal, karena telah banyak yang kita pelajari sepanjang perkenalan ini. Yang pada akhirnya kita tahu bagaimana saling menjaga hati, meskipun yang menjaga belum tentu selamanya ada.

Aku pernah bahagia, karena kamu. Aku pernah kecewa, karena kamu. Kita juga pernah tertawa dengan alasan yang sama juga sederhana. Kita pernah menangis saat ditimpa masalah. Kita pernah ada, karena itu ada cerita yang tercipta dalam kehidupan sepanjang kita bersama.

Kini, kita telah memilih langkah yang berbeda, dan ini bukan berarti bahwa kita tidak akan bertemu lagi nanti.

Hidup ini kan seperti roda? Meskipun kita berbeda arah, tapi kita semua punyai tujuan yang sama.

Bila nanti Tuhan pertemukan kita di persimpangan, janganlah antara kita malu untuk menyapa, walaupun hanya untuk bertanyakan kabar dan berbicara sedikit. Jangan sesekali antara kita bertanya, "Siapa yang sedang kita bahagiakan saat ini?" . Kerena kita berhak untuk bahagia, dengan cara kita sendiri.

Bahagia mungkin tidak pada saat ini, tapi nanti. Pasti.

Bila saat itu nantinya terjadi, pastikan kita bersama orang-orang yang telah ditakdirkan dan tersenyumlah. Saat itu, aku tahu aku ada alasan yang kukuh untuk tidak menangis lagi karena perpisahan.

Dan aku tahu,

Yang namanya manusia itu, terkadang Allah takdirkan bertemu dengan manusia lain hanya sementara. Cukup untuk mencipta sedikit kenangan sebagai penyambung rindu di kemudian hari nanti. Jadi, biasa-biasakanlah dalam hati untuk menerima kunjungan yang tidak kekal. - Rika Rifatunisa

Yang pergi itu cinta,
Yang datang itu jodoh.

Belum sempat memiliki

Pada pertukaran perasaan yang tidak seimbang, aku menaruh bimbang.

Kalau meneruskan langkah berarti menambah perih pada luka lainnya dan kalau berhenti juga tidak menyembuhkan apa-apa.

Belum sempat memiliki, tapi hati ini seperti dipaksa berhenti menyayangi. Harapan sudah mencapai menara tertinggi, tapi terjatuh karena tahu kau telah menaruh hati pada yang lain.

Kornea mata seperti tercelik pada realiti.

Andai pertemuan kita tidak tertulis pada garis segitiga yang menyatukan aku dan kamu, tapi sebaliknya kamu dan dia, aku akan memupuk rasa.

Seakan mengerti, bahwa bagian kosong di hati kamu sudah ada yang menduduki. Seakan mengerti, tentang kenyataan yang mengharuskan kita berada pada jalannya masing-masing. Lalu, aku memilih untuk mengerti pengertian itu.

Yang aku inginkan kebahagian; seperti sepasang mata aku menyaksikan kalian bahagia. Yang aku inginkan kepastian; tentang perasaan yang seperti tidak ada ujungnya. Yang aku inginkan sayang yang sederhana; cukup sederhana hingga aku tidak perlu meminta apa-apa, hingga aku tidak perlu merasa kecewa, dan hingga aku tahu rasanya disayang tanpa perlu meminta. - Rika Fathir.

Apa bisa aku dapatkan apa yang aku inginkan? Tidak, bukan?

Jadi, aku biarkan saja perasaan ini perlahan mengikuti aliran tanpa terlihat sebagai satu kesalahan, karena aku anggap ini adalah "learning process" dalam kehidupan kita. Meskipun hati begitu menginginkan, tapi aku tahu batas-batas yang tidak boleh kita lawan.

Aku sedang menunggu saat yang tepat untuk keluar dari garis segitiga kamu dan dia, lalu saat itu nanti kamu buatlah garis lurus agar dua sudut bersatu. Ya, garis penemu untuk kamu dan dia. Ketika itu bukan lagi segitiga antara kita tapi bulatan gabungan dua garisan, kamu dan dia. Berbahagialah dengan kebahagiaan kamu tanpa aku. Tersenyumlah selalu meskipun senyuman kamu lahir di balik tangisan aku.

Terhenti... tanpa memiliki, rasanya itu lebih baik untuk aku,
Daripada memiliki... akhirnya ditinggalkan.

Titik akhir perjalanan kita

Di balik sesuatu, ada rahasia yang menyatukan kita. Tapi untuk menjadi satu, ada dua jiwa yang harus mengalah dengan keegoan hati. Tidak ada garis yang boleh mendamaikan antara ego kita. Entah siapalah yang terlalu meninggi dengan ego tanpa memikirkan keadaan hati. Dan entah siapalah yang akan berkorban di balik berakhirnya cerita ini.

Awalnya,kita seiring sejalan. Kita tahu ke mana langkah kaki kita melangkah. Berapa banyak persimpangan yang dilalui. Dan kini, sampailah kita pada titik ini, persimpangannya menjadi sedikit lain. Jalan sudah tidak seiring. Kaki seakan terhenti melangkah. Seperti sudah lelah mengalah. Ada beberapa perkara yang sudah mengalami perubahan dan persamaan yang pernah sama juga, ternyata tidak lagi sama. Ada yang berbeda dari kita.

Kau, aku; entah siapa yang sadar dahulu.

hati kecil ini masih bertanya, apakah masih ada harapan? Jika tidak, ini adalah titik akhirnya. Bukan, bukan putus asa atau enggan meletakkan hati pada harapan, tapi aku rasa berjuang sendiri pun tidak ada gunanya.

Kamu harus tahu satu hal ; "Apa yang kita rencanakan belum tentu dapat kita laksanakan, tetapi apa yang telah kita laksanakan hari ini, itu adalah rencana dari Tuhan yang mengetahui apa yang kini kita butuhkan." .

Mungkin;

Kini yang kita perlukan adalah jarak dan waktu. Jarak agar kita tidak saling bertemu. Waktu agar kita mampu sembuhkan luka terlebih dahulu. Mencari pengganti hanyalah sekedar rencana hati. Kamu pernah menjadi tujuan akhir; ternyata harus diakhiri. Dan pernah menjadi penghapus luka; akhirnya mencipta duka. Sudahlah; aku harap ini titik akhir kita menuju bahagia. Kalau takdir kita tidak berakhir di garis yang sama, pastikan kenangan telah kau abadikan dalam memori. - Rika Fathir.

Nanti sampai waktunya , Tuhan akan mendatangkan 'dia' dalam hidup kita. Bersedialah dengan hati masing-masing untuk bahagia kembali. Mungkin dengan cara ini, hati kita akan beristirahat sambil belajar mendewasakan diri. Hingga tibalah bahagia yang baru lalu akan menenggelamkan kekecewaan yang lama.

Titik akhir.

Cara luka kita bekerja

Pernah tidak sesekali kita merasakan luka yang terlalu pedih dan sakit dalam hidup?

Ya, saat itu kita tidak akan bisa berlari, karena luka akan mengikat kita dengan simpul mati. Dan tidak akan mampu mendapatkan pertolongan untuk keluar, karena semua pintu seakan terkunci.

Ya, kita buntu.

Satu-satunya cara untuk keluar adalah dengan; menghadapinya.

Cukuplah kita miliki sebuah redha. Abaikanlah harapan yang masih menyamar menjadi impian yang seakan mampu mengabulkan seluruh permintaan kita sehingga hakikat kenyataan sebenarnya diibaratkan seperti mimpi buruk.

Luka terlalu berbahaya untuk menginap di hati kita, menyewa ruang tanpa batasan jangka waktu.

Menghapus luka adalah dengan; berusaha untuk tidak mengingati puncaknya. Sekiranya keadaan memaksa kita mengingati luka tersebut, berlagaklah seperti kita menghidap amnesia dan coba menjadi seorang pemaaf yang luar biasa. Jangan karena satu luka yang kita derita, membuatkan hati terus menutup pintunya pada seseorang yang sebenarnya ingin menjadi penghuni hati kita. - Rika Fathir

Jika luka itu masih terasa begitu sakit, mungkin karena kita pernah jatuh dengan terlalu kuat. Ya, makin dalam jatuhnya, makin dalam lukanya, makin lama untuk sembuhnya.

Sembunyikan luka dengan sekilas senyuman. Tutupilah luka agar tidak tersentuh oleh kenangan lama. Pergilah sejauh yang kau mampu dari mengingati luka itu. Setidaknya, jangan biarkan masa lalu singgah kembali dan membuat luka baru lagi.

Sampai luka okay, sampai luka sembuh.

Segala peristiwa yang meninggalkan kesan luka, ada hikmahnya. Bagaimana kita merawat kesan luka tersebut? Adakah dengan usaha atau hanya diam sehingga luka itu bernanah dan melebar?

Hey,

Janganlah takut terhadap kesan luka yang ditinggalkan. Itu akan menjadi peringatan pada diri kita. Maaf; adalah obat penyembuh luka yang paling hebat. Meskipun kita disakiti berulang kali, maafkanlah; untuk kesembuhan luka pada hati kita.

Mungkin kita tidak pernah meminta, tapi beginilah cara Tuhan mengajarkan kita caranya untuk mendewasakan diri dengan berusaha merawat luka sendiri.

Hai, mau plaster luka tidak? 💁

Sahabat

Terkadang, sahabat yang suka belanjanya kita makan, bukan karena mereka berharta tapi itu mereka meletakkan persahabatan melebihi duit.

Terkadang, sahabat yang rajin bekerja, bukan karena mereka menunjukan kepandaian tapi karena mereka memahami maksud tanggungjawab.

Terkadang yang sukarela membantu kita, bukan karena mereka berhutang apa-apa tapi sebab mereka lihat kita sebagai seorang sahabat.

Terkadang, sahabat yang memohon maaf duluan setelah perkelahian, bukan karena mereka salah tapi karena mereka (coba) menghargai orang di sekeliling mereka.

Karena,

Satu hari, kita semua akan terpisah. Kita akan terkenangkan oleh berbagai kenangan yang kita punya. Hari berganti hari, bulan, tahun, sehingga silaturrahim ini menjadi asing.

Satu hari nanti, anak-anak kita akan menemukan gambar kita dan bertanya, "Siapa mereka semua itu?" Dan kita tersenyum dengan air mata yang tidak kelihatan karena hati ini terusik dengan kata yang sayu, lalu berkata, "DENGAN MEREKALAH, SAYA PUNYA HARI YANG PALING INDAH DALAM HIDUP SAYA." Terima kasih, sahabat. - Rika Fathir

Hal yang dapat menghancurkan hidup, Adalah Dendam.

Hal yang tidak bisa kembali,
Adalah Waktu.

Hal yang tidak boleh hilang,
Adalah Kejujuran.

Hal yang paling berharga,
Adalah Doa.

Hal yang paling pasti,
Adalah Kematian.

Ya Tuhan, insan yang sedang membaca ini adalah insan yang kuat, sabar, pengasih dan penyayang. Maka, sayangilah serta kasihilah dia, bantulah dia meningkatkan taraf kehidupannya, murahkan rezekinya, sehatkan badannya, jika dia melangkah, selamatkanlah dia, permudahkan dan lancarkan segala urusannya.

Semoga kamu; insan yang pernah dan sedang menjadi sahabat aku, senantiasa dalam jagaan Allah.

Aamiin.

Terkadang

Terkadang, manusia maukan dirinya dihormati tapi dia sendiri tidak pernah berusaha untuk menghormati orang lain.

Terkadang, manusia maukan urusannya dipermudahkan tapi dia sendiri tidak pernah berusaha untuk membantu mempermudahkan urusan orang lain.

Terkadang, manusia maukan dirinya dipahami orang sekeliling tapi dia sendiri tidak pernah berusaha untuk memahami orang lain sekalipun isi hati mereka.

Terkadang, manusia maukan kebahagiaan tapi dia sendiri tidak pernah berusaha untuk membahagiakan orang lain. Sekalipun terhadap binatang dan tumbuh-tumbuhan.

Terkadang, manusia maukan pandangannya disambut dengan baik sekali oleh orang sekeliling tapi pandangannya terhadap orang sekeliling? Pandang sebelah mata saja.

Terkadang, manusia maukan tazkirah, nasihat dan dakwahnya diterima,dipakai oleh mereka yang lain tapi bila dirinya dinasihati dan ditarbiyyah? Haih. Kitakan manusia biasa. Kita sebenarnya sedang diuji bila kita merasa bangga dan nyaman dengan keadaan itu. Hati-hati.

Terkadang, manusia suka isi hatinya didengari dengan penuh setia oleh si pendengar tapi pernahkah meluangkan waktu kita untuk mendengar isi hati mereka? Jangan pentingkan diri sendiri. Ya, mereka tidak pernah meminta untuk didengari tetapi ketahuilah bahwa kita manusia saling memerlukan antara satu sama lain.

Terkadang, Allah tarik sesuatu sebab ingin kurniakan sesuatu yang kita tidak pernah sangka. Surprise yang berhikmah. Cuma, terkadang kita tak sabar bila doa kita lambat dikabulkan. Kita lihat yang buruknya saja, kan? Kenalilah Allah dalam saat ketika kita ingin melalui keinginan yang tidak dapat kita capai. - Rika Fathir.

Dan sememangnya manusia maukan doanya dan keinginannya dikabulkan Allah tapi manusia itu sendiri berat untuk melakukan apa yang Allah suruh. Dia suruh bukan untuk kepentingan-Nya tetapi karena Dia sayangkan kita. Dia tak ingin kita tersiksa dalam neraka. Dia uji sebab Dia ingin kita alihkan perhatian kita yang sememangnya tertumpu pada dunia beralih kepada-Nya. Kalau tidak diuji nanti kita lalai dan lupa.

Jangan sedih kalau terkadang kita diuji, sebaliknya bersyukurlah.

Apakah tuhan memaafkan aku?

Ketika aku ditanya tentang hal apa yang ingin aku ketahui dalam hidup ini. Hanya ada satu hal yang ingin aku ketahui. Bukan soal kaya atau miskin. Atau siapa jodoh aku. Juga bagaimana masa depan aku. Tapi, satu hal itu adalah;

Apakah Tuhan itu bisa memaafkan segala dosa-dosaku?

Aku hanya ingin tahu satu hal itu saja. Selebihnya aku tidak perlu tahu. Aku hanya perlukan kemaafan dalam hidup ini. Sebab aku sudah banyak melakukan dosa. Sebab dosa itu juga sering menghantui diriku sehingga saat ini. Hendak memilih mati, itu pun sebuah kesalahan... sebenarnya. - Rika Fathir.

Allahu Akbar.

Tidak mengapa, sekiranya aku tinggalkan kehidupan di dunia ini, asalkan aku tahu, bahwa Allah akan memaafkanku kelak. Aku takut, aku tidak berkesempatan masuk syurgaNya. Aku takut, kelak di hari perhitungan, seluruh dosaku diberitakan tanpa dimaafkan satu pun.

Nauzubillahi min zalik.

Setidaknya aku berterima kasih atas kebaikanMu, Ya Tuhan, kerana Dia masih menutupi seluruh aib dan dosaku ini. Orang-orang melihatku begitu baik. Mereka hanya tidak tahu, apa yang aku sembunyikan disebalik pakaian dan tulisan aku ini.

Mereka tidak tahu bahwa aku mungkin mengalami kehidupan yang tidak pernah mereka bayangkan. Yang akan membuat mereka pergi jauh ketika mengetahuinya. Begitu mulia cara Allah menjaga aib setiap hamba-hambaNya.

Aku tahu mudah bagi Allah memuliakan manusia dan menghinakannya. Kemuliaan dan kehinaan sama-sama ujian.

Dan aku masih tetap sama. Hanya ingin tahu tentang hal itu;

Apakah Tuhan bisa memaafkan segala dosa-dosaku?

Muhasabah diri.

Aku, trauma.

Tidak pernah terpikirkan sebelum ini, saat-saat seperti ini akhirnya datang juga. Ketika diri sendiri merasa terlalu sepi untuk lari dari sunyi, namun terlalu enggan mencari yang mampu mendampingi. Seakan pe(rasa)an di dalam dada terlampau berharga untuk diberikan begitu saja. Seakan kosong di dalam hati terlalu kecil untuk aku tutupi sendiri —padahal tidak. Semua bagai berpura-pura, namun bukan begitu sebenarnya. Aku hanya takut terluka, sebab segala pe(rasa)an yang aku kenal, belum ada yang berakhir bahagia.

Aduh.

Sesukar itukah pe(rasa)an yang menghampiri hati? Atau aku yang tidak berhati-hati menaruh hati?

Jika menyayangi berarti memberi hati sepenuhnya, aku tidak ingin mempertaruhkannya pada yang mahir meretakkan; karena tidak pernah ada yang tahu telah sejauh apa aku mengutip serpihan hati satu per satu, mengumpulkannya, lalu menyatukannya lagi hingga sempurna, hingga tidak ada luka. Dan setelah hati sembuh, lalu semudah itu seseorang yang baru menghancurkan hati ini semula?

Aku tahu, tak baik terus begini.

Jika boleh memilih, aku ingin menggunting peta takdir. Agar tidak perlu melalui banyak hati, dan langsung sampai di pelabuhan terakhir. Tapi inilah perjalanan. Kaki bertugas melintasi dan hati mempelajari apapun yang diberikan - Rika Rifatunnisa

Ini juga tentang menjalani, bertahan dan mendewasa dalam setiap pilihan.

Allah hanya memberi sesuatu jika kita telah betul-betul bersedia memilikinya. Mungkin saja ada yang memang belum betul-betul bersedia — mungkin saja aku, mungkin saja kamu, mungkin saja entah.

Meyakini hal-hal yang belum pasti memang tidak mudah, tapi lebih baik daripada menjatuhkan diri pada kesedihan yang salah.

Bersabarlah wahai hati. Yakinlah, di lain hari, kita akan lebih bahagia daripada ini.

Senin, 13 Juni 2016

Surat pengunduran diri

Maaf kalau harus menyebutkan kata-kata ‘pernah’. Karena memang pernah dan kini tidak lagi. Ada sebuah batas dari diri kamu yang kini tidak lagi boleh aku sentuh. Ruangan khusus yang tidak lagi menyertakan aku dalam ruangannya. Fikiran kamu yang tidak boleh lagi aku tebak akan kemana arah tujuannya. Ada banyak hal sederhana yang kini formulanya menjadi rumit. Dan seolah-olah perubahan-perubahan ini membuat kita saling menyalahkan diri sendiri.

Bukan salah kamu, jika ada yang harus selesai di antara kita. Bukan salah aku, jika tidak boleh lagi meneruskan setiap rasa pertama kali yang pernah kita rasakan. Ini hanya cara kita belajar bahwa memang perlu ada yang berubah. Dan biarkanlah waktu yang mengajari kita untuk menerimanya. Okay?

Aku mengundurkan diri, atas segala rasa yang nantinya boleh memperburukkan lagi keadaan hati. Aku mengundurkan diri, untuk menitipkan lagi segala rasa yang pernah diminta pada kamu dahulu. Aku mengundurkan diri, untuk segala masa depan yang dulu pernah kita impikan bersama.

Langkah aku mulai perlahan menjauh, mungkin kenangan akan begitu riuh, tapi tidak membuat beberapa luka ini semakin luput. Kenangan kita memang hebat! Aku akan ingat ianya selalu.

Maaf jika aku tidak mampu lagi bertahan, dan maaf jika aku secepat ini aku melepaskan. Namun hal-hal pahit, harus kamu telan terlebih dahulu agar kamu tahu apa rasanya manis... kelak.

Kini, sedikit pengajaran sedang kita hadapi bersama-sama, tentang kenyataan bahwa tidak seharusnya lagi kita bersama. Lepaskanlah dengan rela. Karena suatu hari, kita akan sama-sama tersenyum mengingat hari ini.

Hey,

Memasuki perkarangan hati kamu adalah cara terbaik untuk aku mengenal cinta. Dan mengundurkan diri adalah satu-satunya perkara yang paling tepat untuk menjauh dari pergerakan luka. Kita akan baik-baik saja. Selamat menemukan yang lain selain aku.

Dari aku, yang langkahnya sudah menjauhi kediaman kamu.

Move On

Tersesat itu tidak pernah menyenangkan, bahkan dalam cinta sekalipun.

Sudah Move on atau belum?

Mungkin, salah satu hal yang susah dilakukan di dunia ini adalah melepaskan sesuatu yang bukan untuk kita. (Mengaku dalam diam)

Tetapi mungkin juga sebenarnya, kita hanya harus belajar tersenyum dan ketawa seperti biasa. Hanya kali ini tanpa'nya' dan bukan lagi karena'nya'. Kali ini benar-benar karena kita sendiri dan karena kita bahagia menjadi siapa pun kita, bersama siapa pun yang memang untuk kita nanti.

Karena pada akhirnya, mau atau tidak, kita akan sadar bahwa itu memang bukan untuk kita, mau dipikirkan dan diusahakan sekuat mana pun juga, tetap tidak akan menjadi milik kita.

Mungkin, setelah kita sadar tentang hal itu, baru bisa melepaskan? Ya?

Dan pada akhirnya juga, perlahan-lahan, kita akan lupa dan ingatan tentang dia akan pudar. Perlahan-lahan, kita akan mengingatnya hanya terkadang saja. Itu pun kebetulan ketika kita melihat gambar atau ada yang menanyakannya. Tapi perlahan-lahan. Yang banyak orang tidak paham adalah ‘perlahan-lahan'nya.

Pada saat ini nanti, jangan sering menoleh ke belakang. Terus saja berjalan. Terus saja. Pada akhirnya nanti, kita akan sampai pada satu titik yang membuat kita rasa tenang. Titik di mana ketika kita menoleh ke belakang, semuanya sudah tidak sama lagi. Kita rindu saat-saat itu, tapi tidak ingin kembali lagi ke saat itu. Hanya rindu, hanya kenangan. Bukan untuk dilupakan atau dihilangkan, hanya untuk sesekali menoleh ke belakang, tapi bukan untuk menetap di sana. Just keep moving.

Jangan lupa, hati kita yang harus dijaga, bukan lukanya. Jangan lupa, bahagia kita yang harus dijaga, bukan deritanya. Jadi, terus saja berjalan. Kalau tidak, kita akan ketinggalan.

Percayalah,

Bahagia selalu menemukan jalan untuk tetap sampai ke tempatnya. Dari arah mana saja, ke arah mana saja.

Teruskanlah langkah kaki itu. Teruskan berjalan mencipta bahagia kita, lepaskan segala 'kesedihan’ pada masa lalu. Kita masih punya waktu. Kita selalu punya kesempatan. "Maybe there's nothing wrong, maybe you just have to move on." - rika rifatunnisa

Doa. 🔑