Selasa, 25 Februari 2014

Aku memperjuangkan yang tidak memperjuangkanku (part1)

"Sayang, selamat pagi. Have a nice day yah :)"
Kurang lebih seperi itu isi pesan singkat yang setiap pagi tak
pernah absen aku kirimkan. Yang selalu kau bilang sapaan
selamat pagi dengan doa sederhana namun tulus dan juga
sedikit senyum dalam pesan singkat dari ku di setiap pagi itu
lah yang mampu membuatmu tersenyum dan semangat
menjalani hari ini. Kata-kata itu selalu ku ingat sayang,
bahkan sampai saat ini, saat kalimat itu mungkin sudah tidak
lagi berarti apa-apa bagimu, yang belakangan ini membuatku
takut, takut untuk melihat handphone dan menerima pesan
singkat darimu.
Aku memang bodoh dan lemah. Aku hanya bisa mengungkapkan
perasaan ini melalui tulisan dan juga gambar-gambar yang aku
buat. Aku tidak sekuat dirimu dalam menunjukkan perasaan
yang sedang kamu rasa. Ya kamu memang hebat. Kamu, lelaki
gentelman yang benar-benar membuatku gila.. Gila karena
terlalu menyayangi dan mencintaimu namun tak mampu
menunjukkannya seperti dirimu, seperti yang kamu mau.
Tapi yang harus kamu ketahui adalah kamulah sumber tulisan
ini, tulisan yang kamu bilang tulisan galau, dan julukan yang
melekat padaku, si tukang galau itu adalah cerita tentang
kamu, tentang kita. Kamulah sumber segala gambar yang aku
buat, gambar anime yang sering kamu puji bagus dan keren itu
aku buat saat aku memikirkan kamu, memikirkan tentang kita.
Apa kamu tahu semua itu? Ah, sudahlah itu tidak penting
bagimu, yang kamu mau adalah tindakan dari perasaanku yang
kamu pun tahu aku sulit melakukannya.
Hari ini, entah apa yang ku rasa, aku sangat merindukanmu,
aku merindukan kehadiran sosok dirimu yang dahulu selalu
membuatku bahagia. Aneh mungkin karena kita tidak
melakukan hubungan jarak jauh (LDR) dan kita juga tidak
berada dikota yang berbeda namun mengapa kali ini rasa itu
hadir dan begitu dalam ku rasakan? Apakah aku sudah gila?
Atau mungkin aku sudah kehilangan sosok dirimu yang dahulu?
Dirimu yang biasanya selalu membuatku nyaman dan bahagia
sudah jauh dari sisiku. Aku tidak tahu mengapa kamu pergi
menjauh dari aku dan kenangan kita? Apa salahku? Aku tidak
sedang terserang penyakit menular yang harus membuatmu
jaga jarak dan tidak berbicara padaku untuk sekedar bertukar
kabar walaupun itu lewat pesan singkat atau telepon.
Andai saja kau tahu, segala tweet dan status ku di media
sosial adalah ungkapan kegalauan hatiku yang aku
sembunyikan rapat-rapat karena aku tak dapat
menunjukkannya padamu, aku tak mampu. Segalanya tentang
kamu, Andai saja kamu tahu, aku selalu memperjuangkanmu,
seseorang yang tak pernah memperjuangkanku. Yang sudah
menyerah dengan segala kelemahanku, yang tidak bisa
mencintai kelemahanku layaknya aku mencintaimu. Aku
memperjuangkan yang tidak memperjuangkanku.
Ingin rasanya kembali ke masalalu, ketika masih ada kamu.
Ketika aku masih bisa tersenyum saat bangun pagi hingga
tidur malamku, saat kamu masih menganggapku lebih dari
teman, saat ungkapan rindumu masih sering ku dengar dari
bibir eksotismu, saat kehadiranmu bagai aktor utama drama
yang ku tunggu-tunggu kemunculannya. Aku masih saja sering
memperhatikan nomor handphonemu, menimbang-nimbang
ditengah ketakutanku apakah aku harus mengirim pesan
terlebih dahulu atau aku saja yang menunggumu? Ah.. Tapi
kamu terlalu sibuk, bahkan hanya untuk sekedar sms apalagi
menanyakan kabarku..
Setelah ku putar ulang lagi rekaman otakku yang berisi
tentangmu, aku mencoba untuk kembali mengingat perlakuan
lembut dan juga kasarmu. Aku mencoba mengingat
kesabaranmu saat menghadapiku, aku mereka-reka kembali
ucapanmu saat menenangkan amarahku, aku mencoba
mengintip kembali usaha-usaha yang kau lakukan agar
hubungan kita tidak berjalan ditempat. Bayanganmu
berputar-putar diotakku, suaramu terdengar menusuk-nusuk
telingaku. Aku benar-benar kecanduan masalalu. Aku semakin
sadar bahwa tidak ada seorangpun yang bisa membuatku
merasa berarti dan luar biasa selain kamu. Aku semakin yakin
bahwa kamu adalah seseorang yang berusaha memperbaiki
kesalahanku agar aku menjadi seseorang yang baru. Kamu
menerimaku lalu menjaga perasaanku.
To be continued...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar