Selasa, 05 November 2013

JIKA AKU TAK BERBEDA

Di ujung malam seperti ini, perempuan pada umumnya sudah
berada di tempat tidur. Menarik selimutnya sampai menutup
bahu untuk menghindari dingin malam yang mencekam.
Ini salahku jika sampai saat ini aku belum terpejam, aku selalu sulit mencari kantuk.
Entah mengapa sulitnya mencari kantuk sama seperti sulitnya
memahami keinginanmu.

Saat menulis ini, aku habis memerhatikan isi kicauanmu
bersama seseorang yang tak kukenal. Seseorang yang tampak
mesra denganmu, dalam tutur kata, entah dalam dunia nyata.
Aku menebak-nebak dan karena teka-teki itulah aku jadi
terluka parah. Seharusnya tak perlu kuikuti rasa
keingintahuanku. Tak perlu lagi kucari-cari kabarmu dari
sudut dunia maya itu, tempat segala kemesraan bisa terjalin
tanpa kutahu; apakah itu nyata atau drama belaka.

Begitu cepat kaudapatkan yang baru, Sayang. Sementara di
sini, aku masih menunggu kamu pulang. Aku tak temukan
tangis dalam hari-harimu, nampaknya setelah perpisahan
kita, kamu terlihat baik-baik saja. Tak ada luka. Tak ada
kegalauan. Tak ada duka. Kamu masih bisa tertawa, aku tak
tahu pria macam apa yang dulu pernah kucintai dengan sangat
hati-hati.

Hampir setiap malam atau bahkan setiap saat, aku masih
sering merindukanmu. Mengingat betapa dulu kita pernah
baik-baik saja. Aku pernah kaubahagiakan, kauberi
senyuman, kaubuat tertawa, juga terluka. Pada pertemuan
kita belasan minggu yang lalu, kamu menggenggam jemariku
seakan memberitahu bahwa kamu tak ingin melepaskanku.
Saat itu, akumerasa begitu spesial, merasa begitu penting bagimu.

Dan,inilah salahku, mengharapkanmu yang terlalu tinggi.
Jujur, mungkin saat ini aku memang tak lagi mencintaimu.
Tapi, sisa-sisa rasa sakit itu masih ada. Aku belum bisa
menerimamu menjauh tiba-tiba seperti itu. Mengapa aku tak
bisa menerima semua secepat kamu menerima perpisahan
kita? Karena kamulah yang meninggalkanku lebih dulu,
menuduhku punya banyak orang yang bisa kujadikan pelarian,
mendakwa aku yang berkhianat. Tuan, sungguh aku tak paham
maumu. Apa matamu begitu buta untuk melihat bahwa dulu,
waktu masih bersamamu, hanya kaulah satu-satunya yang
kuperjuangkan dan kuharapkan?

Rasanya aku tak pernah ingin kehilangan kamu, bahkan
membayangkannya pun aku terlalu takut. Namun, aku tak
sadar, justru ketika kita bisa begitu mesra.
semua kebersamaan manis kita, yang kuingkan bisa
lebih lama itu, berakhir hanya dengan percakapan beberapa
menit. Tiba-tiba, kaubilang aku ini berbeda. Tiba-tiba
kaubilang aku terlalu sempurna untukmu. Tiba-tiba
kaukatakan bahwa semua tak bisa lagi kita jalani. Kenapa
baru sekarang kamu ucapkan bahwa kebersamaan kita tak
akan bertahan lama? Selama ini kamu ke mana? Selama kamu
begitu rajin bilang cinta dan rindu, apakah saat itu kamu tak
menyadari perbedaan kita?

jika aku tak berbeda seperti yang kaubilang,
apakah kau akan mencintaiku sedalam aku mencintaimu?

@rechajunior

Tidak ada komentar:

Posting Komentar