Jumat, 08 November 2013

UNTUK "MAINAN LAMA" YANG TELAH MENEMUKAN "PEMILIK BARU"

Kudengar kautelah bahagia bersama pilihanmu. Bahagia
bersama pilihanmu? Apakah kamu tidak mendapat kebahagiaan
bersamaku? Dan... katanya lagi, kamu telah menemukan
dirimu dan duniamu bersama dalam diri kekasih barumu.
Betulahkah? Memangnya kalau bersamaku kautidak
mendapatkan kedua hal itu?

Aku masih ingat bagaimana kita berusaha untuk saling
mengucap kata pisah dan berusaha saling melupakan. Aku tak
butuh waktu lama untuk menghempaskan dan membunuh
penjahat bodoh seperti kamu. Tapi... kamu? Aku sangat yakin
bahwa kamu harus jungkir-balik dan berusaha dengan keras
untuk mengendalikan amukan perasaanmu. Aku sangat tahu
bahwa kamu belum benar-benar melupakanku, kamu belum
benar-benar menghapus aku dalam sistem kerja otakmu.
Sebenarnya... aku masih menjadi duniamu, dan kamu adalah
gravitasi yang terus-menerus menahanku, hingga aku bosan
dan jera pada perlakuan bodohmu.

Jangan berpikir bahwa aku terluka. Jangan sengaja
mempersepsikan bahwa aku tak bisa mendapatkan pengganti
yang lebih baik darimu. Aku tidak sebodoh kamu. Karena
seorang "dalang" harus lebih pintar dari "wayangnya". Karena
seorang "pemilik" harus lebih pandai daripada "bonekanya".

Menyenangkan bukan? Kita bermain di panggung yang sama,
berganti-ganti peran sesukanya, berganti-ganti topeng
semaunya.

Kamu adalah "boneka" yang mudah kuatur dan kuhempaskan.
Kamu adalah "mainan" yang bisa kumanfaatkan sesuka dan
semauku. Kalau kaupikir kaulah yang telah mempermainkanku,
maka kau kembali menafsirkan hal yang salah. Kamu adalah
salah satu "boneka" terbodoh yang pernah aku miliki. Salah
satu? Ya... salah satu! Aku punya banyak "mainan" seperti
kamu, namun diantara mereka tak ada yang sebodoh dan
sebanyak gaya kamu.

Kamu sudah punya "pemilik baru" ya? Tentu saja "pemilik
barumu" sama bodohnya seperti kamu. Kamu tahu pernyataan
tentang orang yang memiliki harus memberi pada yang tak
memiliki? Begitu juga aku, aku harus memberi "mainan lama"
untuk "pemilik baru", kalian sama, sama bodohnya!

Rasanya sangat aneh kalau kaumerasa jauh lebih pintar
daripada aku. Rasanya sangat menjijikan kalau kaumerasa
lebih dewasa daripada aku. Kamu tak punya hak untuk
mengatur dan menata hidupku! Kamu hanyalah "boneka" yang
kucari ketika aku bosan dengan kebisingan dunia. Karena...
sebenarnya... aku tidak berbohong jika aku berkata bahwa
dalam dirimu aku menemukan ketenangan tersendiri. Dalam
sepaket tawa renyahmu, aku temukan air mata yang selalu
berubah menjadi tawa. Dalam aliran hening suaramu, ada
bahagia yang tiba-tiba berdecak dalam getaran waktu. Dan...
di dalammu, aku merasakan semua itu.

Memang aku sedikit menyesal ketika kita memutuskan untuk
saling pisah dan saling mencari kebahagiaan masing-masing.
Aku sedikit khawatir, apakah kamu-yang-selalu-berkata-
mencintaiku akan menemukan kebahagiaan baru melebihi
kebahagiaan yang kuberikan padamu? Aku takut jika
dinginnya dunia membuatmu menggigil. Aku takut jika
kerasnya dunia menyiksa batinmu yang terlalu sering disakiti
itu.

Tapi... Ya sudahlah! Semua telah berlalu. Aku telah melepas
rantai yang sempat membuat kakimu terjerat. Aku telah
menghancurkan tembok yang menjadikan duniamu memiliki
banyak sekat. Aku telah melepasmu agar kamu mampu mencari
kebahagiaanmu sendiri, dan berhenti menjadi "mainan" yang
selalu membahagiakanku meskipun luka tersayat pelan-pelan
di hatimu.

Sekarang, kamu sudah bersama "pemilik baru", walaupun aku
tahu dia mungkin tak sebaik aku, tapi berusahalah kuat
dengan apapun yang terlihat baru di matamu, yang baru dan
berbeda tak selamanya berarti keburukan. Kini... kaubisa
bebas melakukan apapun tanpa batasan yang kuberikan
untukmu. Kini... kaubisa miliki duniamu seutuhnya.
Kulepaskan tali penggerak tubuhmu dan nikmatilah
kebebasanmu.

Untuk "mainan lama" yang telah memiliki "pemilik baru",
semoga hanya aku yang mengerti cara menggerakkan
tubuhmu. Semoga hanya aku yang mampu membaca
kebohongan di matamu.

@rechajunior

Tidak ada komentar:

Posting Komentar